Pesawat kolonial |
MAJALAHLAPAGO - Pendaratan
kedua pesawat kolonial di bandara NOP-GOLIAT yaitu herkules maupun boing milik
Jokowi presiden kolonial adalah dua fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi papua barat sebagai daerah koloninya indonesia. "MUNGKIN AGAK
SENSITIF MENGATAKAN INI", tetapi kita sebagai orang papua tidak mungkin
membiarkan apalagi membungkam fakta hari ini bahwa kita ada disitu.
Kita musti tahu bahwa oleh karena kebiadaban brimob yang mengkambinghitamkan
rakyat kecil yang tidak bersalah atas nama pangkat dan mandat yang diembannya
dari pemerintah kolonial, dengan melakukan banyak pelanggaran HAM, maka awal
bulan oktober 2016 lalu, rakyat meminta untuk brimob tidak lagi bertugas di
dekai Yahukimo sehingga mereka harus angkat kaki.
Tentu
moment berbahagia bagi pemerintah pusat dan wakil kolonial yang ada di Jayapura
dan Yahukimo. Bagaimana tidak? Jokowi dalam kesempatan ini bisa meresmikan
Lapangan Nop-Goliat, Logbon, Yahukimo sebagai pusat perekonomian, Yalimek dan
Eroma sebagai daerah otonomi baru (DOB) dan masih banyak kemungkinan yang
berpotensi besar untuk terjadi. Dan tentu sederet kebijakan di atas musti
menjadi awal yang manis bagi kolonial sebagai hamba imperialis, tetapi akan
menjadi awal yang pahit sekaligus membuka pintu malapetaka bagi rakyat kecil dan
alam papua di Yahukimo, yang kini hak asasinya dirampas bahkan dilenyapkan.
Adapun
satu hal yang harus diketahui dan di sadari oleh kita adalah ketika bicara
kolonial, dimanapun di dunia ini kolonial hadir di suatu wilayah yang dijadikan
sebagai koloninya berarti tidak pernah punya niat baik. Dan tidak akan pernah
ada untuk membangun dan membahagiakan rakyat setempat. Melainkan merampas hak
asasi, mengeksplorasi sumber daya alam, menghancurkan harapan hidup, bahkan
yang paling sadis dan biadab adalah memusnahkan rakyat setempat. karena visi
dan misi kolonial merupakan merebut dan menguasai wilayah tersebut untuk
menjadikan bagian dari wilayahnya. Itu adalah fenomena mutlak yang tidak
mungkin tidak terjadi.
Hari
ini, sebagian manusia Papua di Yahukimo tersenyum menyaksikan semua ini sebagai
suatu perubahan dan kemajuan. Tetapi harus disadari bahwa rasa itu terjadi
berbalik dengan Alam dan mayoritas manusia Papua. Terutama rakyat kecil.
Dua
hal yang patut menjadi tolak ukur sekaligus perenungan bagi pihak yang
bersukacita hari ini adalah; pertama, tentang nubuatan PDT. ISHAK SAMUEL KIJNE.
Yang mengatakan bangsa lain meskipun bermarifat tinggi, tidak mungkin membangun
bangsa papua. karena bangsa papua akan bangkit untuk memimpin dan membangun
dirinya sendiri. Jangankan bangsa lain, bahkan orang asli papua sekalipun jika
tidak hidup dan memimpin dengan benar dan takut akan Tuhan yang menjadi syarat
bagi setiap orang yang menjadi pemimpin di atas tanah yang dilawat oleh Injil
Kristus itu, maka tidak akan perna sukses. Kedua, apa yang pernah Mordekhai
sampaikan kepada Ester sebagai ratu yang hidup nyaman di istana raja tanpa
mempedulikan ancaman pembunuhan yang menimpah bangsanya di kerajaan Ahasyweros.
"Kata Mordekhai kepada Ester; meskipun anda nyaman dan bahagia hidup di
istana, tetapi ingat bahwa jika semua orang Yahudi di bunuh, maka anda juga
pasti dibunuh karena anda juga orang Yahudi". Patut direfleksikan juga
bahwa selain papua, Dekai juga adalah tanah yang dibuka oleh Injil. Nop-Goliat
adalah nama perintis Injil yg diabadikan sebagai nama lapangan terbang.
Satu
kejadian menarik yang patut kita saksikan dan akui sebagai kebenaran adalah
"Ekspresi Alam Yahukimo Sebagai Suara Manusia Papua". Coba kita
perhatikan potret di bawa ini, ketika bupati dan wakil kolonial mengekspresikan
senyum di bibir, maka Alam Papua di Yahukimo sedang menangis. kondisi orang
Papua hari ini di atas tanah leluhurnya sendiri dapat digambarkan seperti ini.
ini adalah kebenaran sejarah. suburnya Alam papua bukan hanya dibuat oleh kandungan
perut bumi, melainkan lebih dibuat oleh tangisan dan air mata. untuk menghapus
tangisan dan air mata tidak bisa dilakukan oleh kolonial. itu mustahil sekali.
awan mendung yang menutupi langit Dekai Yahukimo itu akan sirna dan cerah
apabila tidak ada lagi wajah kolonial di atas tanah Papua.
Rakyat
harus mendengar suara alam itu. Alam tahu persis apa yang telah, sedang dan
akan terjadi di atas tanah NOEVA GUINEA. Alam tahu bahwa yang datang adalah
Jokowi sebagai kepala negara kolonial. Alam tahu bahwa herkules yang mendarat
adalah pesawat milik MILITER sebagai anjing KOLONIAL penjaga lahan tuannya
IMPERIALIS di pulau Cenderawasih yang miris prihatin itu. Alam tahu bahwa
MILITER organik maupun non-organik akan banjir bagaikan jamur di musim hujan.
Alam tahu bahwa manusia transmigrasi akan memenuhi sudut" sempit di kota
dekai.
"KARENA ALAM ADALAH SESUNGGUHNYA SAKSI YANG TERUS MEMBISUH SEPANJANG MASA.
SAYANG
ALAMKU CEPAT ATAUPUN LAMBAT TANGISAN DAN AIR MATAMU HARUS DIHAPUSKAN.
SUARA PERJUANGAN INI AKAN BERHENTI JIKA TANGISAN DAN AIR MATAMU SUDAH BERAKHIR.
MARI
ANAK NEGERI. KITA TERUS MEMBACA, MEMBACA DAN MEMBACA SAMPAI LANGIT DI ATAS
SURGA KECIL INI TERSENYUM LAGI."
Oleh:
NOTHEN YALIAHUN MUMMY SUHUNIAP
Dari: TANAH KOLONIAL
0 Response to "Ekspresi Alam Yahukimo Adalah Suara Manusia Papua Barat"
Posting Komentar