Neles Tebay, (dok) |
JAYAPURA, MAJALAHLAPAGO - Upaya keseriusan untuk mengakhiri
sejumlah konflik di tanah Papua oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali
dipertanyakan oleh Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP), Pastor Neles Tebay.
“Saya menilai
bahwa konflik di tanah Papua kembali mendunia saat kepemimpinan Jokowi. Hal itu
terlihat dengan adanya sidang internasional pada September 2016 yang mengangkat
isu konflik di Papua. Masalah Papua diangkat dalam sidang negara-negara Asia Pasifik. Terakhir itu konflik Papua
dibawah ke sidang umum tahun 1970-an,”kata Neles Tebay kepada Jubi, Selasa,
(18/10/2016).
Diangkatnya
konflik Papua pada sidang internasional, kata Tebay, menandakan bahwa dunia
masih mempertanyakan komitmen Indonesia untuk menyelesaikan konflik Papua yang
sudah berlangsung lama.
Dia
mengatakan, jika ini diperlihatkan kepada dunia maka konflik Papua masih harus
dicari solusinya. Sehingga, harus memperlihatkan bahwa masalah Papua yang
selama ini dianggap masalah internal di Indonesia sudah terjadi eksternalisasi
dunia.
“Saya
meminta agar Presiden Jokowi segera menggelar dialog dengan masyarakat Papua
dan tokoh-toko terkait lainnya untuk menghentikan eksternalisasi isu konflik
Papua,” katanya.
Ditegaskan,
semakin pemerintah menunda dialog dengan Papua ini maka semakin banyak lembaga
yang membahas soal isu Papua ini menjadi internasionalisasi.
Tokoh
gereja di tanah Papua, Pdt. Socrates Sofyan Yoman menegaskan, bahwa banyak
kunjungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Papua hingga 100 kali juga
kalau tidak menyentuh substansi masalah sama saja sia-sia belaka.
“Rakyat
Papua tidak butuh banyak kunjungan. Jokowi itu musti selesaikan substansi
masalah. Persoalan pelanggaran HAM di tanah Papua itu Jokowi harus selesaikan
dulu,” tegas Pdt. Socrates Sofyan Yoman kepada Jubi di Jayapura, Senin,
(17/10/2016).
Dijelaskan
ketu umum Gereja-gereja Baptis Papua ini bahwa, pihaknya secara serius minta
kepada Jokowi harus selesaikan kasus pelanggaran HAM (kejahatan negara) selama
50 tahun di atas tanah Papua.
“Setidaknya
satu atau dua kasuslah. Jangan jauh-jauh, tapi seperti kasus Paniai Berdarah
yang menewaskan empat siswa 8 Desember 2014 oleh aparat keamanan itu. Itu
dulu,” katanya.
Menurut
Yoman, kalau Jokowi selesaikan satu kasus pelanggaran HAM, berarti dilihat
bahwa ada tanda-tanda keseriusan untuk melindungi masyarakat Papua yang telah
memilihnya dengan 100 persen suara.(tabloidjubi.com)
0 Response to "Pater Neles Tebay: Era Jokowi Konflik Papua Semakin Mendunia"
Posting Komentar