Festival budaya lembah baliem menggaung ke berbagai benua |
Semakin bertambahnya usia dari festival ini, semakin menjadikan Lembah Baliem sebagai destinasi impian oleh para wisatawan dan fotografer domestik maupun mancanegara dengan angka pengunjung antara 700 hingga 900 wisatawan pada tahun sebelumnya. Gemerlap peradaban dunia yang semakin modern sesungguhnya telah menyisakan kehausan akan segarnya eksotisme warisan budaya, kesakralan adat-istiadat, dan kenaturalan alam bagi warga dunia yang dibuktikan dengan berbondong-bondongnya para wisatawan mancanegara yang semakin lama semakin ramai mengunjungi Lembah Baliem, khusus untuk menghilangkan rasa dahaga tersebut dengan menenggak nikmatnya pertunjukan budaya masyarakat
Festival budaya lembah baliem menggaung ke berbagai benua |
Lembah Baliem berupa atraksi Perang Suku, lengkap dengan aksesoris perhiasan pada tubuh yang dikenakan masyarakat setempat saat berperang, kesenian dan tari-tarian khas masyarakat suku Hubula, kemerduan Pikon sebagai warisan alat musik mereka, keunikan pertunjukan Karapan Babi, serta permainan Lempar Sege yang menjadikan para wisatawan semakin sulit untuk meninggalkan arena festival ketika perayaan ini berakhir karena mereka akan menunggu setahun lagi untuk kembali menikmati pertunjukan warisan budaya yang seakan telah menjadi oasis di tengah hiruk-pikuk kemajuan global yang semakin meninggalkan warisan gagas budaya serta hijau dan birunya alam sebagai akar identitas planet ini.
Festival ini menjadi semakin sulit dilupakan oleh para wisatawan mancanegara. Sebab, dalam beberapa pertunjukan, mereka diikutsertakan sebagai peserta. Seperti lomba Lempar Sege, karapan Babi dan atraksi perang-perangan.
Terkuak sebuah impian besar untuk menjadi bagian dari Festival Budaya Lembah Baliem oleh Ferdinand yang merupakan seorang warga Negara Belanda berumur 66 tahun pada saat menghadiri pagelaran FBLB tahun 2015 kemarin. 51 tahun silam ketika Ferdinand berusia 16 tahun, lahir sebuah ketertarikan dan rasa cinta terhadap budaya Papua setelah ia menyaksikan sebuah film berjudul Black and White dimana kebudayaan Papua menjadi bagian dari pertunjukan film tersebut. “I have a very big dream. After watching Black and White, I want to dress up like them. Here, I am with my big dream.” Ungkap Ferdinand yang kala itu sedang mengenakan pakaian adat suku Hubula, lengkap dengan Koteka, dan bersiap untuk mengikuti atraksi perang-perangan antar suku.
Festival budaya lembah baliem menggaung ke berbagai benua |
Festival Budaya Lembah Baliem telah berhasil menggaung ke hampir setiap sudut bumi dan menjadi salah satu sumber penghilang dahaga masyarakat dunia terhadap semakin menipisnya nilai-nilai budaya dan keindahan alam yang semakin tergerus oleh zaman yang semakin modern.
Pada tahun ini, Festival Budaya Lembah Baliem ke-27 diprediksi akan semakin ramai dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun internasional berkat promosi yang semakin luas serta kejutan-kejutan pertunjukan baru dan segar saat penyelenggaraan FBLB tahun ini yang mana tak terdapat pada pagelaran-pagelaran sebelumnya. Prediksi ini pun diperkuat dengan tidak dikenakannya biaya masuk arena festival alias GRATIS sepanjang penyelenggaraan acara pada tanggal 08-10 Agustus 2016 nanti. Kabarnya, para duta besar dari berbagai Negara turut hadir di FBLB ke-27 tahun ini.
Sumber: festivalbudayabaliem.com
0 Response to "Festival Budaya Lembah Baliem menggaung ke berbagai Benua"
Posting Komentar