Aksi damai memrotes sweeping di Dogiyai berlangsung di Jakarta menuju Istana Negara (26/1/2017) – Jubi/VK |
DOGIYAI, PACEKRIBO – Para mahasiswa/I Papua di Pulau Jawa serta warga Indonesia yang peduli, mulai ikut angkat bicara menyusul protes warga Dogiyai menyangkut aksi sweeping Mantap Praja aparat gabungan yang sudah memakan korban jiwa, tindakan kekerasan, dan menyebar keresaha di masyarakat.
Para mahasiswa Papua dan elemen yang bersolidaritas tersebut melakukan aksi damai Kamis, (26/1/2017) setidaknya di Yogyakarta, Semarang, Jakarta dan Bandung.
Ketua Harian Ipmanapandode Joglo (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai Jogja-Solo) , Manfred Kudiai, mengaku menyesal dengan tindakan kekerasaan yang dilakukan oleh TNI dan Polri utusan Polda Papua dan Polres Nabire yang dikatakan hendak mengamankan Pilkada serentak.
Menurut dia, aparat gabungan itu malah memanfaatkan momen hingga meresahkan masyakarat Dogiyai dengang sweeping yang berlebihan.
“Kapolda Papua segera menarik Kapolsek Kamuu, Mardi Marpaung, dan harus bertanggungjawab atas perbuatan anak buahnya sesuai dengan aturan yang berlaku. Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, yang jelas mereka (pelaku) harus mendapatkan hukuman yang lebih dari perbuatan mereka,” kata Manfred Kudiyai melalui surat elektroniknya kepada Jubi Kamis (26/1).
Sweeping tersebut dinilai berlebihan dan tidak sesuai dengan mandat Polda Papua kepada Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja (GOMPRA) untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) Dogiyai demi terselenggaranya Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati di Dogiyai dengan lancer.
“Tapi, dalam sweeping tersebut mereka (gabungan TNI/Polri) melakukan tindakan kekerasan terhadap beberapa pemuda dan masyarakat setempat hingga mengakibatkan korban nyawa dan beberapa warga lainnya mengalami luka barat hingga ringan,” ungkap Kudiai.
Di Jakarta, aksi serupa dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua. Mereka melakukan long march ke Istana Negara dan berakhir di KOMNAS HAM.
Frans Nawipa, Ketua AMP Jakarta dalam pernyataan pers yang diterima redaksi, menjelaskan ada enam bentuk sweeping yang dilakuan Tim Gompra di Dogiyai sejak September 2016.
“Ada sweeping alat tajam, atribut Papua Merdeka, sweeping aktivis HAM, sweeping rambut gimbal, sweeping uang dan orang mabuk. Bila kedapatan masyarakat yang kumisnya panjang dan rambutnya gimbal ditahan dan diinterogasi oleh Polisi dan Brimob,” demikian ungkap Nawipa.
Aksi yang berujung di KOMNAS HAM tersebut menuntut agar Kapolres Nabire dan Kapolsek Kamuu dicopot, Tim Gompra ditarik dari Dogiyai, dan KOMNAS HAM diminta melakukan investigasi terkait kekerasan dan pembunuhan di Dogiyai.
Sebelumnya terpisah Natalius Pigai, komisioner KOMNAS HAM asal Paniai, juga mengecam aksi berlebihan pengamanan pilkada tersebut. Dirinya berjanji jika Kapolda Papua tidak tindaklanjuti permintaan warga terkait penghentian sweeping, maka KOMNAS HAM akan turun melakukan investigasi ke Dogiyai.
Dari pantauan redaksi di lini sosial media, setidaknya aksi serupa berlangsung di Semarang, Yogyakarta, Jakarta dan Bandung. Di Bandung aksi mengambil tempat di depan Gedung Sate. Tampak dua orang pemuda warga Indonesia bertelanjang dada melakukan aksi teaterikal disekitar mobil dan aparat kepolisian sambil membawa poster wajah korban kekerasan sweeping aparat di Dogiyai.(Sumber: jubi)
0 Response to "Sweeping Mantap Praja di Dogiyai tuai protes dari Mahasiswa di Pulau Jawa"
Posting Komentar