![]() |
Ones Nesta Suhuniap, aktivis papua merdeka |
MAJALAHLAPAGO,
JAYAPURA -
Orang Papua tidak boleh terjebak dengan isu HAM yang sedang dimainkan oleh
Jakarta melalui tim bentukan Menkopolhukam , Luhut Panjaitan. Upaya
penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Papua ini bukan kesungguhan dengan
hati yang tulus demi kemanusiaan, tetapi ini hanya upaya pemerintah
untuk menggagalkan diplomasi internasional dan menghambat Tim pencari fakta
dari PIF serta menghabat diplomasi ULMWP.
Pemerintah
hanya mencari peluru diplomasi internasional di papua, mereka akan bilang ke
internasional bahwa pemerintah sedang berusaha selesaikan masalah HAM di Papua.
Pada hal, seperti yang kita lihat dan alami selama ini, pelanggaran HAM di
Papua tidak pernah diselesaikan dan tidak akan selesai. Sebab, penyebab
terjadinya pelanggaran HAM itu tidak akan disentu oleh pemerintah secara
terbuka, jujur dan bermartabat. Untuk berkata jujur dan terbuka soal pelanggaran
HAM yang berlangsung selama 50-an tahun di Papua, bagi Jakarta adalah dosa.
Sehingga itu tidak akan terjadi.
Orang
Papua jangan berharap dan bermimpi bahwa negara ini akan menyelesaikan kasus
HAM di Papua. Orang Papua jagan berharap kepada Indonesia bahwa masa depan yang
baik itu ada dalam Indonesia. Analoginya, pencuri tidak penah mengaku bahwa dia
adalah pencuri. Demikian juga pembunuh, pembunuh tidak akan pernah mengaku
kalau dia pelaku atau pembunuh.
Bagimana
mungkin pelaku mau jadi hakim untuk untuk menyelesaikan persoalan pelanggaran
HAM Di Papua. Pada hal dia adalah sungguh-sungguh pelaku pembunuhan atau
pencuri. Kepada kaum borjuis berhentilah berharap kepada kolonial untuk
keadilan di papua.
Saya
berharap kepada Orang Papua lebih khusus untuk orang Papua yang saat ini
sedang dipake dan melacurkan intelek mereka di bawah ketiak Menkopolhukam.
Sehingga tidak terjebak dalam permainan Menkopolhukam . Matius Murib, Marinus
Yaung, Lien Maloali dkk bersama delegasi Indonesia berangkat keliling Australia
untuk agenda misi diplomasi Indonesia. Rakyat sipil Australia paham dan tahu
genosida yang sedang berlangsung di Papua. Sehingga apa pun yang akan
dibicarakan dan dikampanyekan oleh delegasi Indonesia di sana, tidak akan
dipercaya seutuhnya.
Wacana
penyelesaian pelanggaran HAM di Papua hanya sebuah upaya negara untuk meredam
isu papua merdeka dan isu HAM di luar negeri. Upaya ini juga bagian dari
strategi negara untuk mencari peluru ampuh untuk menghambat tim pencari fakta
dari Pasifik Island Forum (PIF) ke Papua berdasarkan resolusi PIF pada Tahun
2015 lalu di Port Moresby, PNG.
Kepada
orang papua, diharapkan supaya tidak terjebak dan tidak menerima tim yang
akan datang ke Papua. Tim itu akan dikoordinir oleh Menkopolhukam dan beberapa
orang papua yang tergabung didalam Tim buatan Jakarta bersama Perwakilan duta
Besar PNG, Fiji dan salomon Island rencana dalam waktu dekat ada di Papua.
Kepada
orang papua yang ada dalam setingan luhut agar berhenti, dan keluar dari tim
bentukan Jakarta tersebut. Orang Papua stop cari makan dan cari
popularitas di jakarta atas nama HAM dan atas nama papua merdeka.
Pelanggaran
HAm di Papua itu akarnya adalah status politik Papua. Jadi, kalau mau
selesaikan pelanggaran HAM di Papua berati terlebih dahulu selesaikan penyebab
terjadinya pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM di papua itu harus dilihat secara
utuh dan tidak sepotong-potong dan buru karena desakan dunia Internasional.
Karena pelanggaran HAm di Papua sangat kompleks, yaitu, pembunuhan orang
papua, Penyiksaan, pemerkosaan sejak komando trikora 19 Desember 1961,
Pepera 1969 sampai dengan pembunuhan saat ini.
Kemudian
Pelanggaran HAM di bidang Ekosop, Perampasan tanah, perusakan linggungan,
explorasi Sumber daya alam, diskriminalisasi rasial, pendidikan dan kesehatan.
selain saat ini kita lihat adalah pelanggaran HAM terhadap Hak berexpresi dan
diskriminasi serta pembungkaman ruang demokrasi di papua.
Jadi
jagan berharap dan tidak terjebak isu penyelesaian kasus HAM di Papua. Karena
Kolonial Indonesia bukan masa depan Papua dan Masa depan Papua ada dalam
Papua Merdeka dan itu bukan ada di dalam indonesia tetapi nasib orang Papua ke
depan, ada di tangan orang Papua sendiri.
Sebab
NKRI selalu merepresi dan tidak mau akui sejarah politik Papua, sehingga tidak
ada ruang bagi orang Papua untuk berekspresi terhadap sejarahnya sendiri. Pada
hal, akar pelanggaran HAM di Papua adalah pesoalan politik yaitu Perjanjian New
York 15 agustus 1962, 1 Mei 1963 dan Pepera 1969.
Kolonial
indonesia selalu menutupi dan tidak peduli pelanggaran HAM terhadap orang Papua
di bidang sipil politik dan ekonomi sosial budaya. kemudian kenapa baru
sekarang dan terkesan buru-buru wacanakan penyelesaikan pelanggaran HAM di
Papua?
NKRI
sudah menghancurkan pondasi identitas kebudayaan orang Papua, memaksakan jenis
pembangunan yang tak diinginkan dan tak dibutuhkan orang Papua, sehingga
membuat orang Papua tak lagi jadi tuan di tanahnya sendiri.
NKRI
tidak pernah sungguh-sungguh memenuhi hak-hak dasar rakyat bangsa Papua, tetapi
dengan cepat dan sungguh-sungguh memfasilitasi investasi yang merampas
hutan-hutan adat dan menyingkirkan masyarakat Papua dan identitasnya.
NKRI
memiliki arah ekonomi dan pembangunan yang tidak mungkin mensejahterakan warga
NKRI sendiri, apalagi orang Papua. Di NKRI yang kaya semakin kaya, yang miskin
semakin miskin, hutan tidak dicintai, uang dan pasar jadi tuhan, solidaritas
dan kepedulian sesama tidak dijadikan identitas hidup.
NKRI
gagal membangun demokrasinya, karena masih terus gunakan cara-cara militeristik
dan premanisme. Hidup berdampingan dalam kebhinekaan hanya tipu,
kelompok-kelompok anti demokrasi dipelihara oleh militer.
Oleh
karena itu kepada korban pelanggaran HAM di Papua agar jagan teryebak dengan
wacana penyelesaian pelanggaran HAM di Papua didorong oleh Menkopolhukam yang
didalamya ada orang Papua seperti matius Murib.
Matius
Murib dan Kawan-kawan agar berheti jangan cari makan di jakarta dengan isu HAM.
Kami rakyat Papua membutuhkan tim pencari fakta dari PIF dan PBB bukan dari
jakarta. Apalagi di dalamnya ada orang seperti Anda. Kami KNPB bersama
rakyat Papua menolak dengan tegas upaya menkopolhukam dan segelintir orang
Papua yang ada dalam tim bentukan Jakarta.
Penulis
adalah Aktivis Papua Merdeka sekaligus sekretaris umum Komite Nasional Papua
Barat.
0 Response to "Jangan Harap Jakarta Akan Selesaikan Pelanggaran HAM di Papua"
Posting Komentar